Selasa, 18 September 2012

konsep PERAWATAN KRITIS


Konsep Perawatan Kritis
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixJvHyqsU2Ea3EIXP6H_t5SPaSUc0Z0w_tZ68nT4bE_4cgoSgfz-233KztjSgbBzWnG_BBvzEozShdhJNR0XVd5d38OYMUJhuy4PFUb25EMMBcrhcEaSCXVEYrOtH8JOksR3jrV1BLEZcM/s200/xin_4907030621228511619655.jpg
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat kritis adalah perawat profesional yang bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis dan akut beserta keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal.
Konsep pelayanan kritis
1.                  Tujuan
Untuk mempertahankan hidup (maintaining life).
2.                  Pengkajian
Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan mempertahankan sistem-sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi kegagalan.
3.                  Diagnosa keperawatan
Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala yang sulit diketahui untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang lebih luas.
4.                  Perencanaan keperawatan
Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara konstan terhadap status yang selalu berubah.
5.                  Intervensi
Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk pencegahan krisis dan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama sampai dapat beradaptasi dengan tercapainya tingkat kesembuhan yang lebih tinggi atau terjadi kematian.
6.                  Evaluasi
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama untuk mencapai keefektifan masing-masing tindakan/ terapi, secara terus-menerus menilai kriteria hasil untuk mengetahui perubahan status pasien.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan kebutuhan tetap mengacu pada hirarki kebutuhan dasar Maslow dengan tidak meninggalkan prinsip holistik.
Respon individu dan keluarga terhadap pengalaman keperawatan kritis
Penyakit kritis adalah kejadian dramatis emosional yang dialami pasien dan keluarganya. Untuk beberapa situasi tertentu persiapan dari segi psikologis perlu dilakukan. Perawat kritis berada di posisi yang paling tepat untuk memahami kondisi yang dialami pasien dan keluarganya dan membantu mereka untuk beradaptasi dengan situasi yang ada. Gejala fisik dari penyakit kritis yang mengancam jiwa, seperti nyeri tingkat akhir atau perdarahan biasanya disertai dengan respon psikologis dari pasien dan keluarganya, seperti:
1.                  Cemas
2.                  Takut
3.                  Panik
4.                  Marah
5.                  Perasaan bersalah
6.                  Distres spiritual
Respon psikologis tersebut dapat memperburuk gejala-gejala fisik yang diderita pasien.
Isu etik dan legal pada keperawatan kritis
Perawat ruang intensif/kritis harus memberikan pelayanan keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal kesehatan. Perawat ruang kritis harus bekerja sesuai dengan aturan yang ada (standar rumah sakit/standar pelayanan maupun asuhan keperawatan). Etik ditujukan untuk mengukur perilaku yang diharapkan dari manusia sehingga jika manusia tersebut merupakan suatu kelompok tertentu atau profesi tertentu seperti profesi keperawatan, maka aturannya merupakan suatu kesepakatan dari kelompok tersebut yang disebut kode etik.
Status pekerjaan sebagai seorang perawat rumah sakit ataupun bagian dari staf paramedik tidak membuat perawat bisa menghindari tanggung jawab dan kewajiban mematuhi hukum dalam setiap tindakan/pelayanan keperawatan yang dilakukan. Kumpulan hukum/peraturan keperawatan yang telah dikembangkan dikenal sebagai standar pelayanan keperawatan. Standar pelayanan keperawatan ditentukan dengan pengambilan keputusan atas tindakan profesional yang paling tepat dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada.
Kecenderungan trend dan isu keperawatan kritis
Perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan pelayanan kesehatan cukup berkontribusi dalam membuat orang tidak lagi dirawat dalam jangka waktu lama di rumah sakit. Pasien yang berada di unit perawatan kritis dikatakan lebih sakit dibanding sebelumnya. Sekarang ini banyak pasien yang dirawat di unit kritis untuk waktu 5 tahun sudah dapat menjalani rawat jalan di rumah masing-masing. Pasien unit kritis yang ada sekarang ini tidak mungkin bertahan hidup di masa lalu dikarenakan buruknya sistem perawatan kritis yang ada. Sudah direncanakan di beberapa rumah sakit akan adanya unit kritis yang lebih besar dan kemungkinan mendapatkan pelayanan perawatan kritis di rumah atau tempat-tempat alternatif lainnya. Perawat kritis harus tetap memantau informasi terbaru dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk mengelola metode dan teknologi perawatan terbaru. Seiring dengan perkembangan perawatan yang dilakukan pada pasien semakin kompleks dan banyaknya metode ataupun teknologi perawatan baru yang diperkenalkan, perawat kritis dipandang perlu untuk selalu meningkatkan pengetahuannya.

Referensi
Dossey, B. M., Cathie E.G., Cornelia V. K. (1992). Critical care nursing: body-mind-
spirit. (3rd ed.). Philadelphia: J. B. Lippincott Company.
Emergency Nurses Association. (2000). Emergency Nursing Core Curriculum. (5th ed.).
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Sale, Mary L., Marilyn L.L., Jeanette C.H. ( ). Introduction to critical care nursing.
(3rd ed.). Philadelphia: W. B. Saunders Company.

KONSEP DASAR PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS


KONSEP DASAR PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
Author : Teguh Triyono
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTI7nV8STv5l4eDOKtHdI8k-FUMmS0WaotZ-76zdHuai4pfn-w3UjUOMP-goVeX_FhB-AsGrH7XyhrNHy53ezyFQaGULNgdxlSjLWTwgZzYiF4w2IvdQOjT1IIpNH8GhgJ0rU8hSU3Lzo/s320/images+%25284%2529.jpg
DEFENISI
WHO 1959
Gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan

American Nursing Association (ANA)
Suatu bagian dari praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan penduduk.

Badan Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat.

Community Healt Nursing (CHN)
Layanan keperawatan professional yg ditujukan pd masyarakat dgn penekanan kelompok risiko tinggi dlm upaya pencapaian derajat kesehatan optimal

TUJUAN
Meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar

Karakteristik konsep keperawatan
Manusia
Kesehatan
Keperawatan
Lingkungan

1. Konsep Manusia
a. Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual yang utuh dan unik
b. Manusia selalu berusaha untuk memahami kebutuhannya melalui berbagai upaya
c. Dimensi manusia sebagai satu kesatuan utuh antara aspek fisik, intelektual, emosional, social-kultural, spiritual dan lingkungan
d. Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan
e. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.

Individu
defenisi
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual.

Peran perawat pada individu
Memenuhi kebutuhan dasar kalien: fisiologi, social, psikologi dan spiritual

keluarga
defenisi
Keluarga =>
- sekelompok individu
- berhubungan erat secara terus menerus
- terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama,.
Lingkup kebutuhan dasar manusia (keluarga) dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow

Alasan mengapa keluarga menjadi fokus keperawatan
- Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat
- Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki atau mengabaikan masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri.
- Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan.

masyarakat
defenisi
Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama
Ciri-ciri masyarakat
- Interaksi antar warga
- Diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas
- Identitas yang kuat mengikat semua warga

2. Konsep kesehatan
defenisi
- Sehat didefinisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif
- Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif
Faktor-faktor yg mempengaruhi kesehatan
- Keturunan
- Perilaku
- Pelayanan kesehatan
- Lingkungan


3. KEPERAWATAN
Keperwatan
=> bentuk pelayanan professional sebagai
=> bagian integral pelayanan kesehatan
=> berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif,
=>ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.

Falsafah keperawatan
Keperawatan menganut pandangan yang holistic terhadap manusia yaitu keutuhan sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual.
kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistic
keperawatan bersifat universal
keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan
keperawatan menganggap klien sebagai partner aktif
4. LINGKUNGAN
Berfokus pada lingkungan masyarakat
Dapat mempengaruhi status kesehatan manusia
Meliputi lingkungan fisik, psikologis, social budaya dan lingkungan spiritual.

RUANG LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
meliputi
Promotif
Preventif
Kuratif
Rehabilitatif
Resosialitatif

1. PROMOTIF

Dilakukan dengan cara:
a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks

2. preventif
Dilakukan dengan cara:
a. Imunisasi
b. Pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A, Iodium
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui

3. Kuratif
Dilakukan melalui
Perawatan orang sakit di rumah
Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut dari Pukesmas atau rumah sakit
Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis
Perawatan payudara
Perawatan tali pusat bayi baru lahir

4. Rehabilitatif
Ò Meliputi kegiatan:
É Latihan fisik pada penderita kusta, patah tulang dan lain sebagainya
É Fisioterapi pada penderita strooke, batuk efektif pada penderita TBC dll
Ò 5. resosialitatif
Ò Upaya untuk mengemabalikan penderita ke masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.

SASARAN DAN FOKUS PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
Ò SASARAN
Ò Individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
Ò Baik yang sehat atau sakit
Ò Yang mempunyai masalah kesehatan karena ketidaktahuan, ketidakmauan serta ketidakmampuan.
Ò Fokus
1. Keluarga yg belum terjangkau pelayanan kesehatan
É Ibu hamil yang belum melakukan ANC
É Ibu nifas yg persalinannya ditolong oleh dukun
É Balita tertentu / gizi buruk
É Penyakit kronis
É Penyakit endemis
É Kecatatan fisik / mental
2. Keluarga dengan resiko tinggi
É Ibu hamil dengan masalah gizi.
É Ibu hamil dengan resiko tinggi lain (perdarahan, hipertensi dan infeksi
É balita dengan BGM
É Neonatus dengan BBLR.
É Usia lanjut jompo.
É Kasus percobaan bunuh diri.
3. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
É Drop out tertentu
É Kasus pasca perawatan
4. Pembinaan kelompok khusus
É Terikat dengan institusi
É Tidak terikat dengan institusi
5. Pembinaan desa masyarakat bermasalah
- daerah endemis
- perumahan kumuh
- daerah pemukiman baru

KEGIATAN PADA PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
Ò Memberikan asuhan keperawatan individu, keluarga dan kelompok khusus melalui home care.
Ò Penyuluhan kesehatan
Ò Konsultasi
Ò Bimbingan
Ò Melaksanakan rujukan
Ò Penemuan kasus
Ò Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit kesehatan
Ò Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas
Ò Melakukan koordinasi dalam berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas
Ò Kerjasama lintas program dan lintas sektoral
Ò Memberikan teladan
Ò Ikut serta dalam penelitian
PRINSIP DASAR DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS
Ò Keluarga adalah unit utama
Ò Sasaran => Individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Ò Bekerja dengan masyarakat bukan bkerja untuk masyarakat.
Ò Penekanan pada upaya pomotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Ò Dasar utama menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.
Ò Kegiatan utama di masyarakat dan bukan di rumah sakit.
Ò Pasien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sakit maupun yang sehat.
Ò Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan perilaku hidup sehat masyarakat.
Ò Tujuan => meningkatkan fungsi kehidupan => meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
Ò Bekerja secara team.
Ò Kegiatan => meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah sakit.
Ò Home visite sangat penting.
Ò Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
Ò Pelayanan perawatan kesehatan masyarakan harus mengacu pada sistem pelayanan kesehatan yang ada.
Ò Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan.
THANKS
&
GOD BLESS




KONSEP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT



I. Defenisi
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di pertimbangkan sebagai hedaruratan

II. Sistem Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asukan keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluarga.
Sistem pelayana bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harus memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepeda pesien.

III. Triage Dalam Keperawatan Gawat Darurat
Yaitu skenario pertolongan yang akan di berikan sesudah fase keadaan pasien. Pasien-pasien yang terancam hidupnya harus di beri prioritas utama. Triage dalam keperawatan gawat derurat di gunakan untuk mengklasifikasian keperahan penyakit atau cidera dan menetapkan prioritas kebutuhan penggunaan petugas perawatan kesehatan yang efisien dan sumber-sumbernya.
Standart waktu yang di perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit untuk orang dewasa dan 7 menit untuk pasien anak-anak.
Triase di lakukan oleh perawat yang profesional (RN) yang sudah terlatih dalam prinsip triase, pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian UGD, dan memiliki kualisifikasi:

- Menunjukkan kompetensi kegawat daruratan
- Sertifikasi ATLS, ACLS, PALS, ENPC
- Lulus Trauma Nurse Core Currikulum (TNCC)
- Pengetahuan tentang kebijakan intradepartemen
- Keterampilan pengkajian yang tepat, dll

IV. Sistem Triase
• Spot check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan pasien dalam waktu 2-3 menit. Sisten ini memungkinkan identifikasi segera.
• Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart di gunakan. Dan di dukung oleh ENA (Emergenci Nurse Association) meliputi:
• A (Airway)
• B (Breathing)
• C (Circulation)
• D (Dissability of Neurity)
• E ( Ekspose)
• F (Full-set of Vital sign)
• Pulse Oximetry
• Trise two-tier
Sistenm ini memetluhan orang kedua yang bertindak sebagai penolong kedua yang bertugas mensortirpasien untuk di lakukan pengkajian lebih rinci.
• Triase Expanded
Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup protokol penanganan:
1. Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
2. Pemeriksaan diagnostik
3. Pemberian obat
4. Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll)

• Triase Bedside
Pasien dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani oleh perawat yang bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.

V. KATEGORI/ KLASIFIKASI TRIAS
61% menggunakan 4 kategori pengambilan keputusan yaitu dengan menggunakan warna hartu/status sebagai tanda klasifikasi yaitu Merah (Emergen), kuning (Urgen), hijau (non Urgen), hitam (Expectant)

VI. Merah (Emergent)
Yaitu korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera. Yaitu kondisi yang mengancam kehidupan dan memerlukan perhatian segera.
Contoh:
- Syok oleh berbagai kausa
- Gangguan pernapasan
- Trauma kepala dengan pupil anisokor
- Perdarahan eksternal masif

VII. Kuning (Urgent)
Yaitu korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat di tunda sementara. Kondisi yang merupakan masalah medisyang disignifikan dan memerlukan penata laksanaan sesegera mungkin. Tanda-tanda fital klien ini masih stabil.
Contoh
• Fraktur multiple
• Fraktur femur/pelvis
• Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma, obdomen berat)
• Luka bakar luas
• Gangguan kesadaran/trauma kepala
• Korban dengan status yang tidak jelas.
Semua korban dengan kategori ini harus di berikan infus, pengawasan ketat terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi dan berikan perawatan sesegera mungkin.

VIII. Hijau (Non urgent)
Yaitu kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat di tunda. Penyakit atau cidera minor
Contoh
- Fektur minor
- Luka minor
- Luka bakar minor

IX. Hitam (Expectant)
Korban yang meninggal bunia atau yang berpotensi untuk meninggal dunia
- 6% memakai sistem empat kelas yaitu
1. Kelas1: kritis (mengancam jiwa, ekstremitas, penglihatan atau tindakan segera)
2. Kelas ii: Akut (terdapat perubahan yang signifikan, tindakan segera mungkin)
3. Kelas iii: Urgent (signifikan, tikdakan pada waktu yang tepat)
4. Kelas iv: Non Urgent (tidak terdapat resiko yang perlu segera di tangani)
- 10% digunakan sistem 5 tingkat yaitu
Tingkat contoh
1 Kritis Segera Henti jantung
2 Tidak stabil 5-15 menit Fraktur mayor
3 Potensial tidak stabil 30-60 menit Nyeri abdomen
4 Stabil 1-2 jam Sinusitis
5 Rutin 4 jam Pengangkatan jahitan




X. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Penghajian (PQRST)
- Provokes (pemicu)
- Quality (kualitas)
- Radiation (penyebaran)
- Severity (intensitas)
- Time (waktu)
- Treatment (penanganan)
Ditambah dengan riwayat alergi, obat-obatan terahir, imunisasi, haid terahir,setekah itu baru diklasifikasikan.
Tipsord-Klinkhammer dan Adreoni menganjurkan OLD CART
- Onset of system (awitan gejala)
- Location of Problem (lokasi masalah)
- Duration of Symptoms (karakteristik gejala yang di rasakan)
- Aggraviting Factor (faktor yang memperberat)
- Relieving Factors (faktor yang meringankan)
- Treatment ( penanganan sebekumnya)

XI. Pertimbangan Pengambilan Keputusan Triase
Menurut standart ENA (1999)
- Kebutuhan fisik
- Tumbuh kembang
- Psikososial
- Akses klien dalam institusi pelayanan kes
- Alur pasien dalam kedaruratan

XII. Alur Pasien UGD
- Pastikan keluhan klien (cocokkan apa yang perawat lihat)
- Kaji segera yang penting (HR,jika ada luka dep dengan segera)
- Kaji berdasarkan ABCD
- Kaji awitan yang baru timbul
- Pantau: setiap gejala cendrung berulang atau intensitas meningkat
- Setiap gejala yang di sertai pebahan pasti lainnya
- Kemunduran secara progresif
- Usia
- Awitan
- Misteri
- Kaharusak pasien berbaring
- Kontrol yang ketat

XIII. Diagnosa
Diagnosa keperawatan gawat darurat adalah masakah potensial dan aktual. Tetapi perawat tetap harus mengkaji pasien secara berkala karena kondisi pasien dapat berubah terus-menerus. Diagnosa keperawatan bisa berubah atau bertambah setiap waktu.

XIV. Intervensi/ Implementasi
Intervensi yang di lakukan sesuai dengan pengkajian dan di agnosa yang sesuai dengan keadaan pasien dan harus di laksanakan berdasarkan skal prioritas. Prioritas di tegakkan sesuai dengan tujuan umum dari penata laksanaan kedaruratan yaitu untuk mempertahankan hidup, mencegah keadaan yang memburuk sebelum penanganan yang pasti. Prioritas di tentukan oleh ancaman terhadap kehidupan pasien. Kondisi yang mengganggu fungsi fisiologis vitallebih di utamakan dari pada kondisi luar pasien. Luka di wajah, leher dan dada yang mengganggupertnapasan biasanya merupakan prioritas tinggi.

XV. Prinsip Penatalaksanaan Keperawartan Gawat Darurat
• Memelihara jalan nafas dan menyediakan ventilasi yang adekuat, melakukan resusitasi pada saat dibutuhkan. Kaji cedera dan obstruksi jalan nafas.
• Kontrol pendarahan dan konsekuensinya.
• Evaluasi dan pemulihan curah jantung
• Mencegah dan menangani syok, memelihara sirkulasi
• Mendapatkan pemeriksaan fisik secara terus menerus, keadaan cedera atau penyakit yang serius dari pasien tidak statis
• Menentukan apakah pasien dapat mengikuti perintah, evaluasi, ukuran dan aktivitas pupil dan respon motoriknya.
• Mulai pantau EKG, jika diperlukan
• Lakukan penatalaksanaan jika ada dugaan fraktur cervikal dengan cedera kepala
• Melindungi luka dengan balutan steril
• Periksa apakah pasien menggunakan kewaspadaan medik atau identitas mengenai alergi dan masalah kesehatan lain.
• Mulai mengisi alur tanda vital, TD dan status neurologik untuk mendapatkan petunjuk dalam mengambil keputusan,

XVI. Evaluasi
Setelah mendapat pertolongan adekuat, vital signdievaluasi secara berkala, setelah itu konsulkan dengan dokteratau bagian diagnostik untuk prosedur berikutnya, jika kondisi mulai stabil pindahkan keruangan yang sesuai.