Konsep Perawatan Kritis
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap
suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar.
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang
secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup.
Seorang perawat kritis adalah perawat profesional yang bertanggung jawab untuk
menjamin pasien yang kritis dan akut beserta keluarganya mendapatkan pelayanan
keperawatan yang optimal.
Konsep pelayanan kritis
1.
Tujuan
Untuk mempertahankan hidup (maintaining life).
2.
Pengkajian
Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan
mempertahankan sistem-sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi kegagalan.
3.
Diagnosa
keperawatan
Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda
dan gejala yang sulit diketahui untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang lebih
luas.
4.
Perencanaan
keperawatan
Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara
konstan terhadap status yang selalu berubah.
5.
Intervensi
Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama
kali untuk pencegahan krisis dan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
lama sampai dapat beradaptasi dengan tercapainya tingkat kesembuhan yang lebih
tinggi atau terjadi kematian.
6.
Evaluasi
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu
yang lama untuk mencapai keefektifan masing-masing tindakan/ terapi, secara
terus-menerus menilai kriteria hasil untuk mengetahui perubahan status pasien.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis
prioritas pemenuhan kebutuhan tetap mengacu pada hirarki kebutuhan dasar Maslow
dengan tidak meninggalkan prinsip holistik.
Respon individu dan keluarga terhadap pengalaman keperawatan kritis
Penyakit kritis adalah kejadian dramatis emosional
yang dialami pasien dan keluarganya. Untuk beberapa situasi tertentu persiapan
dari segi psikologis perlu dilakukan. Perawat kritis berada di posisi yang
paling tepat untuk memahami kondisi yang dialami pasien dan keluarganya dan
membantu mereka untuk beradaptasi dengan situasi yang ada. Gejala fisik
dari penyakit kritis yang mengancam jiwa, seperti nyeri tingkat akhir atau
perdarahan biasanya disertai dengan respon psikologis dari pasien dan
keluarganya, seperti:
1.
Cemas
2.
Takut
3.
Panik
4.
Marah
5.
Perasaan bersalah
6.
Distres spiritual
Respon psikologis tersebut dapat memperburuk
gejala-gejala fisik yang diderita pasien.
Isu etik dan legal pada keperawatan kritis
Perawat ruang intensif/kritis harus memberikan
pelayanan keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal
keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal kesehatan.
Perawat ruang kritis harus bekerja sesuai dengan aturan yang ada (standar rumah
sakit/standar pelayanan maupun asuhan keperawatan). Etik ditujukan untuk
mengukur perilaku yang diharapkan dari manusia sehingga jika
manusia tersebut merupakan suatu kelompok tertentu atau profesi tertentu
seperti profesi keperawatan, maka aturannya merupakan suatu kesepakatan dari
kelompok tersebut yang disebut kode etik.
Status pekerjaan sebagai seorang perawat rumah sakit
ataupun bagian dari staf paramedik tidak membuat perawat bisa menghindari
tanggung jawab dan kewajiban mematuhi hukum dalam setiap tindakan/pelayanan
keperawatan yang dilakukan. Kumpulan hukum/peraturan keperawatan yang telah
dikembangkan dikenal sebagai standar pelayanan keperawatan. Standar pelayanan
keperawatan ditentukan dengan pengambilan keputusan atas tindakan profesional
yang paling tepat dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada.
Kecenderungan trend dan isu keperawatan kritis
Perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan pelayanan kesehatan cukup
berkontribusi dalam membuat orang tidak lagi dirawat dalam jangka waktu lama di
rumah sakit. Pasien yang berada di unit perawatan kritis dikatakan lebih sakit
dibanding sebelumnya. Sekarang ini banyak pasien yang dirawat di unit kritis
untuk waktu 5 tahun sudah dapat menjalani rawat jalan di rumah masing-masing.
Pasien unit kritis yang ada sekarang ini tidak mungkin bertahan hidup di masa
lalu dikarenakan buruknya sistem perawatan kritis yang ada. Sudah direncanakan
di beberapa rumah sakit akan adanya unit kritis yang lebih besar dan
kemungkinan mendapatkan pelayanan perawatan kritis di rumah atau tempat-tempat
alternatif lainnya. Perawat kritis harus tetap memantau informasi terbaru dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk mengelola metode dan teknologi
perawatan terbaru. Seiring dengan perkembangan perawatan yang dilakukan pada
pasien semakin kompleks dan banyaknya metode ataupun teknologi perawatan baru
yang diperkenalkan, perawat kritis dipandang perlu untuk selalu meningkatkan
pengetahuannya.
Referensi
Dossey, B. M., Cathie E.G., Cornelia V. K. (1992). Critical care
nursing: body-mind-
spirit. (3rd ed.).
Philadelphia: J. B. Lippincott Company.
Emergency Nurses Association. (2000). Emergency Nursing Core
Curriculum. (5th ed.).
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Sale, Mary L., Marilyn L.L., Jeanette C.H. ( ). Introduction to
critical care nursing.
(3rd ed.).
Philadelphia: W. B. Saunders Company.